BURCHARRY.COM – Pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong diskusi terkait negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS). Pasca pengumuman terbaru Presiden Donald Trump yang menetapkan tarif sebesar 32% untuk Indonesia mulai 1 Agustus 2025, tim negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melanjutkan pembicaraan dengan pihak administrasi AS di Washington DC.
Sejak pemberlakuan kebijakan tarif resiprokal pada April lalu, Indonesia sebenarnya menjadi salah satu negara terdepan yang menyampaikan proposal negosiasi. Namun, dalam pengumuman terbaru tersebut, angka tarif sebesar 32% ternyata tetap tidak berubah.
Melihat situasi yang berjalan cukup alot, muncul pertanyaan apakah Presiden Prabowo Subianto akan bertemu langsung dengan Donald Trump untuk membahas isu ini.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengonfirmasi bahwa Prabowo memiliki keinginan untuk bertemu Trump secara langsung. Meski demikian, hingga kini belum ada kepastian terkait jadwal pertemuan tersebut. Prasetyo menjelaskan, belum ada penjadwalan resmi sejauh ini.
“Belum ada jadwal yang diatur. Memang ada niat untuk pertemuan sebagai bagian dari upaya diplomasi, tetapi kami belum bisa memastikan kapan itu akan terjadi,” ungkap Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (11/5/2025).
Prasetyo juga meminta doa dari masyarakat agar proses negosiasi yang tengah dilakukan tim Indonesia dapat berjalan lancar. Pemerintah berfokus pada terciptanya hubungan dagang yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
“Tim ekonomi kita saat ini sedang berada di AS, dipimpin oleh Menko Airlangga, untuk melanjutkan negosiasi. Kita berharap agar kebijakan pemerintah AS dapat ditinjau kembali sehingga memberikan manfaat bersama, khususnya bagi perdagangan kedua belah pihak,” jelas Prasetyo.
Ia juga menegaskan bahwa sejauh ini tim negosiasi tidak banyak membuat tawaran baru kepada pihak AS. Tawaran sebelumnya, yakni menyeimbangkan defisit neraca dagang AS terhadap Indonesia, masih tetap diupayakan.
Sebelumnya, sektor bisnis dan pemerintah Indonesia telah sepakat untuk melakukan impor besar-besaran dari AS, mulai dari komoditas energi hingga pertanian, sebagai langkah untuk mengurangi surplus neraca dagang Indonesia terhadap AS. Total nilai paket yang diajukan mencapai US$ 34 miliar atau sekitar Rp 547 triliun.
“Untuk saat ini, tidak ada tawaran baru. Apa yang sudah kami sampaikan sebenarnya telah menjawab tuntutan atau harapan dari pihak AS,” tambah Prasetyo.
Sementara itu, Menko Airlangga dan tim negosiasi Indonesia telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Perwakilan Kantor Dagang AS Jamieson Greer pada Rabu, 9 Juli lalu.
Dalam rapat itu, kedua pihak berkomitmen untuk memanfaatkan tiga minggu ke depan guna melanjutkan negosiasi mendalam terkait kebijakan tarif timbal balik. Langkah ini diharapkan menjadi pijakan penting dalam merumuskan kebijakan yang lebih adil sekaligus mempererat hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara.
Baca Juga : Akhiri Misi Diplomatik di Brasilia, Prabowo Pamit Usai Temui Presiden Lula da Silva