BURCHARRY.COM – Presiden Prabowo Subianto menyoroti penurunan tingkat pengangguran nasional dalam pidatonya terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN Tahun 2026 dan Nota Keuangan. Ia menyatakan bahwa angka pengangguran kini telah mencapai titik terendah sejak masa krisis tahun 1998.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menegaskan kebenaran data tersebut. Ia mengakui bahwa pengangguran terbuka di Indonesia memang mengalami penurunan hingga berada di posisi terendah.
Amalia menyampaikan hal ini ketika ditemui di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan, pada Selasa (19/8/2025). Kendati demikian, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai data tersebut dan meminta masyarakat untuk merujuk langsung ke situs resmi BPS.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia pada Februari 2025 tercatat sebesar 4,76%. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu 4,82%. Jika dibandingkan dengan masa krisis tahun 1998 yang disinggung oleh Prabowo, perbedaannya cukup signifikan. Di tahun tersebut, TPT mencapai 5,46%.
Setelah krisis 1998, tingkat pengangguran sempat meningkat secara bertahap, dengan puncaknya pada Agustus 2005 saat TPT mencapai 11,24%. Pada periode 2005–2006, angka ini konsisten berada di dua digit. Setelahnya, tren menunjukkan penurunan perlahan, di mana pada Agustus 2010 TPT berada pada posisi 7,14%. Selama periode 2012–2019, tingkat pengangguran bergerak stabil di kisaran 5–6%.
Namun, pandemi pada tahun 2020 sempat mendorong tingkat pengangguran kembali melonjak hingga 7,07%. Sejak saat itu, angka pengangguran menunjukkan penurunan yang berlanjut, hingga di tahun 2024 mulai memasuki angka di bawah 5%, dan terus menurun hingga saat ini.
Dalam pidatonya di Gedung Parlemen, Prabowo menyampaikan rasa syukur atas pencapaian tersebut. Ia menekankan bahwa keberhasilan ini merupakan salah satu bukti konkret dari upaya pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran.
Selain membahas penurunan tingkat pengangguran, Prabowo juga mengungkapkan peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), yang dibentuk untuk mempercepat investasi dan menciptakan jutaan lapangan kerja berkualitas. Menurutnya, Danantara kini mengelola investasi senilai lebih dari US$ 1 triliun dan berfokus pada sektor hilirisasi sebagai salah satu bidang utama untuk membuka peluang kerja baru.
Baca Juga : Bisakah APBN Bebas dari Defisit seperti yang Dicita-Citakan oleh Prabowo?