BURCHARRY.COM – Presiden Prabowo Subianto berhasil menyelesaikan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) saat melakukan kunjungan ke Brussel, Belgia. Kesepakatan ini dianggap membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
Hikmahanto Juwana, pakar hukum internasional dari Universitas Indonesia (UI), menilai lawatan Prabowo ke sejumlah negara di Eropa, khususnya Belgia, memberikan keuntungan nyata bagi Indonesia. Ia secara khusus menyoroti keberhasilan perundingan CEPA sebagai langkah strategis.
Keberhasilan perjanjian ini, menurut Hikmahanto, akan memperlancar arus perdagangan barang antara Uni Eropa dan Indonesia. Kondisi tersebut dipandang sebagai strategi yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri nasional.
Dalam kunjungannya ke Belgia, Prabowo bertemu dengan beberapa tokoh penting, seperti Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, serta Raja Belgia Philippe. Perundingan CEPA pun disepakati setelah melewati proses negosiasi panjang selama 10 tahun.
Selain itu, Presiden Prabowo juga menghadiri peringatan Bastille Day atau Hari Nasional Prancis di Paris pada 14 Juli 2025 sebagai tamu kehormatan. Ia bahkan mendapatkan undangan makan malam privat dari Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Élysée, menggambarkan hubungan erat antara kedua pemimpin.
Hikmahanto menegaskan bahwa kunjungan diplomatik Prabowo ke Belgia dan Prancis menunjukkan penerimaan yang baik dari pemerintah Eropa terhadap Indonesia. Hal ini juga memperlihatkan bagaimana Presiden Prabowo dihormati di kawasan tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra menilai kunjungan Presiden ke Eropa ini menghasilkan capaian strategis yang signifikan bagi posisi Indonesia dalam skala global. Teddy menyebut agenda yang terlaksana selama dua hari tersebut sangat produktif, termasuk pertemuan hidup penting dengan tiga tokoh utama Uni Eropa dan Belgia.
Salah satu terobosan yang dicapai dalam lawatan ini adalah kesepakatan CEPA, yang membawa perubahan besar dalam tarif ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Menurut Teddy, dengan kesepakatan ini, tarif yang sebelumnya mencapai 10 hingga 20 persen kini menjadi nol persen, memberikan manfaat besar pada sektor investasi, industri, dan peningkatan daya saing ekonomi.
Dalam konteks yang lebih luas, Teddy menekankan bahwa potensi pasar Eropa dengan populasi mencapai 700 juta jiwa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas akses di berbagai bidang. Kesepakatan ini dinilai mampu mempererat hubungan bilateral sekaligus mendorong kerja sama ekonomi yang lebih mendalam antara kedua pihak.
Baca Juga : Hasil Percakapan 17 Menit Prabowo dan Trump: Tarif Impor Turun Jadi 19%