Presiden Prabowo panggil menteri dan bos Pertamina, ekonom sebut sudah saatnya harga BBM turun
BURCHARRY.COM – Sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dipanggil ke Istana Kepresidenan di Jakarta oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (30/10/2024) siang.
Hadir di Istana Kepresidenan antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Ketenagakerjaan Yasieli, Menteri Penanaman Modal Rosan Roslani, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menteri Koordinator Bidang Penguatan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf.
Turut hadir pula Direktur Utama PLN Dharmawan Prasojo dan Direktur Utama Pultamina Nikke Wiyawati. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa rapat yang dilakukan merupakan rapat internal yang salah satunya membahas masalah ekonomi. Ia menyatakan.
“Hal yang sama juga disampaikan oleh Menteri Tenaga Kerja Yashieri. Hal yang sama juga disampaikan oleh Menteri Tenaga Kerja Yashieri.
“Ya, salah satunya [subsidi].
Penurunan harga bahan bakar.
Ekonom Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan bahwa penyesuaian harga BBM penting dilakukan tidak hanya untuk mencerminkan perubahan harga pasar, tetapi juga untuk menjaga daya beli masyarakat yang menurun.
Penurunan harga BBM secara langsung dapat memulihkan daya beli masyarakat. Hal ini juga dapat menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan ruang bagi industri untuk tumbuh di tengah situasi di mana permintaan melemah dan indeks PMI menunjukkan pelemahan,” kata Ahmad seperti dikutip pada Rabu (30/10/2024).
Pertama, harga minyak dunia telah mengalami penurunan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir, terutama pada WTI (West Texas Intermediate) dan Brent.
Pada Oktober 2024, harga WTI turun 6% dalam satu hari, mencapai level terendah sejak awal Oktober di kisaran USD 67 per barel. “Penurunan harga ini disebabkan oleh lemahnya permintaan global dan situasi geopolitik di Timur Tengah yang mulai mereda,” jelasnya.
Turunnya harga minyak dunia juga diiringi dengan turunnya biaya pengadaan BBM di dalam negeri, kata Ahmad. Idealnya, penurunan ini akan tercermin dalam harga jual BBM di dalam negeri.
Kedua, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan, terbukti dengan terjadinya deflasi selama lima bulan berturut-turut. Menurut Achmad, situasi ini mengindikasikan bahwa banyak konsumen yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sementara harga BBM tetap tinggi, sehingga memperburuk keadaan.
“Penurunan harga bahan bakar akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, karena akan menurunkan biaya transportasi dan logistik. Hal ini akan membantu menstabilkan harga-harga komoditas dan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, harga BBM yang lebih tinggi akan memberikan beban biaya tambahan pada sektor industri, terutama industri yang sangat bergantung pada BBM, seperti transportasi, logistik, dan manufaktur.
Ahmad mengatakan bahwa sektor industri menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan operasional dan mempertahankan profitabilitas di tengah lesunya perekonomian global dan menurunnya permintaan.
Harga bahan bakar yang lebih rendah akan mengurangi beban operasional perusahaan dan memberikan ruang bagi industri untuk beroperasi secara lebih efisien.
Hal ini juga akan menyebabkan harga produk yang lebih stabil dan menghindari pengurangan produksi dan pemutusan hubungan kerja. Harga bahan bakar yang lebih rendah akan membuat sektor industri lebih kompetitif, meningkatkan kapasitas produksi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” kata Ahmad.
Keempat, deflasi yang telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut menggambarkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi saat ini. Turunnya harga-harga disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen.
Situasi ini dapat menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi karena konsumen dan pelaku usaha menahan diri untuk tidak melakukan belanja dan investasi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kelima, Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia baru-baru ini menunjukkan tren penurunan, yang mencerminkan aktivitas yang lebih rendah di sektor manufaktur dan sektor industri secara keseluruhan. Tren ini mengindikasikan bahwa sektor industri mungkin melemah.
Penurunan indeks PMI mengindikasikan bahwa pesanan baru dan produksi di sektor-sektor utama menurun. Dengan menurunkan harga bahan bakar, Pemerintah dapat memberikan stimulus kepada sektor industri.
Harga bahan bakar yang lebih rendah juga akan membantu menjaga biaya produksi pada tingkat yang lebih kompetitif. Dengan demikian, sektor manufaktur dapat direvitalisasi dan berkontribusi positif terhadap perekonomian.
Keenam, harga bahan bakar yang lebih tinggi membuat masyarakat bergantung pada bahan bakar bersubsidi. Mengurangi harga bahan bakar non-subsidi akan memungkinkan masyarakat untuk beralih ke bahan bakar non-subsidi dengan biaya yang lebih ringan.
Ketujuh, dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu, konsumsi domestik memegang peranan penting sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Kesembilan, harga bahan bakar yang lebih rendah akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Pemerintah perlu mempertimbangkan langkah ini sebagai strategi untuk menjaga keseimbangan ekonomi di tengah ketidakpastian global dan tantangan domestik yang ada.