
BURCHARRY.COM – Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mempercepat perkembangan sektor padat karya, khususnya industri tekstil dan turunannya. Hal ini diharapkan dapat menghidupkan kembali gairah industri yang memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian nasional.
Arahan tersebut disampaikan usai pertemuan antara Prabowo, Airlangga, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu, 19 Maret 2025.
Menurut Airlangga, sektor padat karya seperti tekstil, produk tekstil, dan apparel memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Sektor ini mencatat nilai ekspor lebih dari USD 2 miliar dan menyerap hampir empat juta tenaga kerja.
Prabowo menekankan perlunya penyederhanaan proses perizinan untuk mendukung sektor ini. “Presiden memberi arahan agar rantai pasokan bahan baku dipermudah dan sistemnya disederhanakan. Selain itu, pemerintah juga akan mengharmonisasi tarif maupun mempermudah berbagai regulasi terkait,” ujar Airlangga dalam pernyataannya yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Selain menyelaraskan rantai pasok, pemerintah akan meningkatkan pengawasan terhadap praktik dumping melalui kebijakan antidumping. Dumping merupakan strategi menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih rendah daripada di pasar domestik, yang berpotensi merugikan kompetisi industri dalam negeri. Barang-barang dari negara-negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, dan Bangladesh disebut turut mempengaruhi persaingan sektor ini.
Airlangga juga menyebut bahwa pemerintah akan membentuk satuan tugas khusus untuk mempercepat deregulasi dan debirokratisasi guna mendorong kemudahan investasi. Penyesuaian aturan seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) juga akan menjadi perhatian penting dalam mendukung pengembangan industri.
Arahan lain dari Prabowo adalah pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang fokus pada sektor padat karya, sehingga dapat menarik lebih banyak investasi secara cepat dan efektif.
Selain itu, penekanan juga diberikan pada pentingnya menjaga pasar ekspor utama seperti Uni Eropa (EU), yang menyerap hampir 30 persen permintaan global untuk tekstil dan produk turunannya. Airlangga menyebut bahwa penyelesaian perjanjian perdagangan bebas EU-CEPA dapat menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekspor, sebagaimana Vietnam yang berhasil mencatat kenaikan hingga 50 persen melalui perjanjian serupa.
Dengan arahan ini, pemerintah berharap sektor padat karya dapat terus berkembang di tengah ketidakpastian geopolitik global.
Baca Juga : Diresmikan Prabowo Besok, KIT Batang Berubah Menjadi KEK Industropolis