
BURCHARRY.COM – Pertemuan bilateral tingkat tinggi antara Presiden Prabowo Subianto dan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), di Istana Al-Salam, Jeddah, menghasilkan kesepakatan bisnis yang luar biasa. Prabowo berhasil membawa oleh-oleh berupa kerja sama bisnis sektor swasta senilai US$ 27 miliar atau setara dengan Rp 437,4 triliun (kurs Rp 16.200).
Kesepakatan ini mencakup berbagai bidang, mulai dari pengembangan energi bersih, industri petrokimia, hingga layanan bahan bakar penerbangan. Selain itu, pertemuan tersebut juga menegaskan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama investasi di sektor-sektor strategi seperti jasa keuangan, pertambangan, hilirisasi industri, logistik, pariwisata, pertanian, dan teknologi hijau. Semua ini dilakukan dalam rangka mendukung Visi Saudi 2030 dan Indonesia Emas 2045.
Untuk itu, kedua pihak sepakat mengembangkan lingkungan investasi yang kondusif sekaligus mengadopsi kebijakan pembangunan yang selaras demi mencapai tujuan bersama. Mereka juga berkomitmen untuk mempermudah arus investasi dengan mengimplementasikan mekanisme efektif, meningkatkan komunikasi kelembagaan, menyelenggarakan forum berkala bagi pebisnis dari kedua negara, serta menyusun peta jalan bersama untuk memperlancar kerja sama.
Meningkatkan Perdagangan Bilateral dengan Negara Teluk
Selain kesepakatan bisnis jumbo, Prabowo juga membawa perkembangan positif terkait negosiasi Free Trade Agreement (FTA) antara Indonesia dengan Gulf Cooperation Council (GCC), yang melibatkan enam negara Teluk: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman. FTA ini sebelumnya telah melalui dua tahap negosiasi pada September 2024 dan Februari 2025.
Prabowo bersama MBS menyampaikan dukungan atas kemajuan negosiasi FTA tersebut dan berharap perjanjian dagang ini segera rampung. Langkah strategis tersebut diproyeksikan akan memperluas akses Indonesia ke pasar Timur Tengah, terutama untuk produk-produk unggulan seperti elektronik, kulit, logam, dan manufaktur lainnya.
Menurut analisis Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag), kerja sama ini berpotensi meningkatkan ekspor sektor elektronik hingga 33,86%, serta komoditas kulit sebesar 29,3%, logam sebesar 28%, dan produk manufaktur lain sebesar 27,7%.
Saat ini, komoditas ekspor utama nonmigas Indonesia ke GCC meliputi mobil, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, hingga produk kertas. Sedangkan dari sisi impor, Indonesia banyak mendatangkan baja, aluminium, polimer, belerang, dan alkohol industri dari kawasan tersebut.
Arab Saudi juga tercatat sebagai mitra dagang utama Indonesia di kawasan Teluk dengan nilai perdagangan bilateral mencapai US$ 31,5 miliar dalam lima tahun terakhir. Kesepakatan untuk peningkatan volume perdagangan serta penyelenggaraan acara dagang dan kunjungan timbal balik direncanakan melalui Dewan Bisnis Saudi-Indonesia, guna mewujudkan peluang menjadi kemitraan konkret.
Baca Juga : Prabowo Bahas Kampung Haji RI dengan Pangeran MBS, Proyek Segera Dimulai