
BURCHARRY.COM – Di tengah tantangan kompleks dalam negeri dan gejolak global, gaya kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sering kali menjadi sasaran kritik. Ia lebih memilih pendekatan senyap dan sistematis daripada menciptakan sensasi di media.
Kepemimpinan Presiden Prabowo mengutamakan pendekatan berbasis bukti dalam kebijakan publik. Ini bukan sekadar istilah teknokratis—melainkan menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan pemerintahannya.
Banyak yang bertanya-tanya tentang kesibukan Presiden Prabowo dalam 150 hari pertama masa jabatannya. Jawabannya adalah karena ia memilih untuk tidak sering tampil di media. Namun, ini bukan berarti ia tidak aktif bekerja; sebaliknya, ia justru sangat fokus bekerja. Prabowo memahami bahwa rakyat membutuhkan hasil kerja keras nyata, bukan sekadar retorika. Kini, awal dari hasil kerja diam-diam tersebut mulai tampak.
Salah satu contoh nyata adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang tidak hanya menjawab kebutuhan gizi anak-anak Indonesia tetapi juga menangani tantangan daya beli lemah dan sempitnya lapangan pekerjaan secara sistemik.
Sejauh ini, MBG telah didukung oleh 1.300 dapur, menghasilkan 3,9 juta porsi makanan bergizi setiap hari. Program ini memberi manfaat bagi 7,8 juta orang tua yang kini lebih tenang akan pemenuhan gizi anaknya dan membuka 65.000 lapangan kerja langsung serta 91.000 pekerjaan tidak langsung. Ini adalah kebijakan publik yang berdampak nyata pada ekonomi masyarakat.
Ke depan, MBG ditargetkan dapat menyediakan 82 juta porsi makanan setiap harinya pada akhir tahun. Dampaknya akan dirasakan oleh lebih dari 82 juta anak dan 164 juta orang tua, mencakup sekitar 87 persen populasi Indonesia. Dengan 32.000 dapur aktif, tercipta 1,6 juta lapangan kerja langsung. Belum pernah ada program pemerintah dengan dampak sosial-ekonomi sebesar ini.
Langkah signifikan lainnya adalah pengembangan Koperasi Desa Merah Putih. Kebijakan ini bukan hanya langkah ekonomi tetapi juga strategi struktural untuk mengatasi ketimpangan yang membuat perputaran uang terpusat di kota besar. Koperasi desa dirancang sebagai tulang punggung ekonomi rakyat.
Meskipun program koperasi sebelumnya banyak yang gagal, pengalaman masa lalu tidak boleh jadi alasan untuk menyerah. Kesalahan masa lalu bukan berarti akan terus terjadi. Bangsa besar belajar dari kesalahan, bukan terjebak dalam trauma masa lalu. Mengelola koperasi dengan benar dan berpihak pada rakyat kecil dapat menjadi solusi nyata.
Prabowo bergerak dengan strategi konkret untuk menyelesaikan paradoks Indonesia—negara kaya dengan potret kemiskinan dan ketimpangan. Ia memprioritaskan gizi, pekerjaan, dan keadilan ekonomi sebagai fokus utama.
Inilah sebabnya kita harus mengakui bahwa Prabowo sedang berada di jalur yang tepat. Ia mungkin tidak tergesa-gesa, tetapi juga tidak berdiam diri. Ketika berbicara, itu berdasarkan hasil nyata.
Kepemimpinan Prabowo adalah cerminan keyakinan bahwa cara membangun masa depan adalah dengan konsistensi dalam bekerja, bukan dengan banyak bicara.
Paradoks Indonesia memang ada, tetapi hari ini kita memiliki Presiden Prabowo yang bergerak dengan strategi untuk menyelesaikannya dengan cara yang nyata.
Baca Juga : Pelantikan Resmi Gubernur Bangka Belitung dan Papua Pegunungan Digelar